Jumat, 23 September 2011

"Senyum Mukena Bertahajud"

Di suatu pagi yang murung, aku terbangun dan mengusap kaca jendela yang berembun...

Seakan tak percaya seuntai kata yang kusemai di ladang mulai tumbuh yang biasa kutatap setiap subuh..

Ku tak mengerti mengapa untaian kata itu terus bertumbuh ditempat yang sangat rapuh...

Dan aku tak kuasa membendung derai air mata yang terus meluruh tiada tahu kemana kan berlabuh...

Ku usap air mata dengan selendang kalut yang berkabut diantara dua sudut hati yang berdenyut...
Ku semakin tenggelam dalam derasnya arus lautmu nan penuh kehidupan bertahajud...
Ku tak pernah mengenal dirimu dan aku tak peduli siapa dirimu yang aku tahu kau memberi kepedulian padaku..
Ku berharap dirimu tetap menyambut diriku berlapiskan senyum mukena bertahajud...

Akankah senyum mukena bertahajud kan terwujud dikehidupanku yang kalut dan carut marut...
Mampukah aku menembus ucapanmu yang tampak serius namun berselimut indah senyum mukena bertahajud...
Bukankah sang matahari telah bersahabat dan diutus menyibak selimut indah senyum mukena bertahajud...

Yeaaaah!
Ku akan sambut kedatangan senyum indah mukena bertahajud bersama matahari kalbu nan tulus...
Ku kan genggam erat untaian kata yg bertumbuh itu bersama indah senyum mukena bertahajud...

Semangat ku semakin bertumbuh dan bergemuruh sa'at tubuh tersentuh untaian kata yang bertumbuh...
Janji hati yang teguh tak kan tergoyah untuk merengkuh walau jagat raya semakin rapuh dan runtuh...

Untaian kata yang bertumbuh berselimut senyum indah mukena bertahajud telah aku sambut...
Bersama fajar pagi waktu subuh ku bersimpuh dan berlabuh diantara senyum indah mukena bertahajud...

Inilah kemampuanku mengayuh mengantarkan perjalananmu yang rikuh...



by : "Salam ceria Dua Dunia Manusia setengah Dewa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar