Seorang ayah ingin mendidik anaknya yang pemarah. Ia memberi 1 buah palu dan 10 buah paku serta mengatakan "setiap hari bila engkau marah 'pakukan' sebuah paku di tembok kamar tidurmu. Tetapi pada hari engkau dapat menahan amarahmu 'cabut' sebuah paku yang telah kau pakukan di tembok"
Secara bertahap akhirnya si anak menyadari bahwa lebih mudah menahan amarah dari pada memakukan paku ke tembok. Dua minggu telah berlalu, dan si anak memberi tahu bahwa semua paku telah tercabut.
ayahnya mengajak si anak ke tembok yang pernah di paku tersebut dan berkata "anakku, kau telah berhasil meredam amarahmu. tetapi lihatlah lubang bekas paku pada tembok ini. Tembok ini tidak akan pernah bisa seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu akan meninggalkan bekas seperti lubang bekas paku di hati orang yang mendengarnya. Tidak peduli berapa kali kau meminta maaf, luka itu tetap ada dan membekas di hatinya.
Semoga bermanfaat.....
Secara bertahap akhirnya si anak menyadari bahwa lebih mudah menahan amarah dari pada memakukan paku ke tembok. Dua minggu telah berlalu, dan si anak memberi tahu bahwa semua paku telah tercabut.
ayahnya mengajak si anak ke tembok yang pernah di paku tersebut dan berkata "anakku, kau telah berhasil meredam amarahmu. tetapi lihatlah lubang bekas paku pada tembok ini. Tembok ini tidak akan pernah bisa seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu akan meninggalkan bekas seperti lubang bekas paku di hati orang yang mendengarnya. Tidak peduli berapa kali kau meminta maaf, luka itu tetap ada dan membekas di hatinya.
Semoga bermanfaat.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar